TV Vs Youtube



Televisi. Ya media audiovisual yang semakin lama menayangkan hal – hal yang tidak harus di pertontonkan. Perselisihan semakin diperlihatkan persatuan semakin disembunyikan. Di mulai dari sidang kasus kopi yang tidak ada habisnya, calon kepala daerah daerah yang saling menjatuhkan layaknya pemain smackdown, sampai hal yang gak begitu penting efeknya buat penonton selalu ditayangkan. Muak? Iya jelas muak.
Apalagi sekarang hampir setiap stasiun televisi swasta dijadikan alat politik. Misal stasiun tv yang berlogo hewan burung, selalu memuat informasi tentang partai politik yang pemiliknya juga CEO stasiun tv tersebut.  Belum lagi di salah satu stasiun tv, sering memuat berita yang belum 100% akurat. Lalu, layakkah televisi untuk di terus di tonton? Itu kembali ke anda.

Tidak selamanya juga televisi itu negatif. Namun enggak terlalu banyak berita baik yang dinaikkan ke masyarakat. Ya paling yang populer baru – baru ini ketika Rio Haryanto berhasil menembus ajang formula 1. Selebihnya? Sedikit sekali. Padahal banyak anak muda Indonesia yang berprestasi tapi beritanya seakan angin lalu saja. Televisi selalu menaikkan hal negatif terlalu banyak.

Acara – acara tv juga sekarang tidak begitu mendidik. Mulai dari acara musik pagi yang banyak anak alay dan laki- laki keperempuanan, sampai acara dangdut yang ujung – ujungnya si para juri malah bongkar- bongkaran aib. Ini acara musik atau acara gosip? Ya sebelas duabelaslah. Padahal banyak musik Indonesia yang bagus dan layak diperlihatkan ke khalayak masyarakat luas. Namun demi rating televisi, tv hanya menayangkan artis yang itu – itu saja. Mulai dari artis yang pernikahannya sampai kehidupan sehari- harinya selalu di setting layaknya drama, kemudian stasiun tv lain juga begitu. Semua mengikuti selera pasar.

Lain acara musik lain lagi acara olahraga. Acara yang harusnya layak dinikmati semua kalangan dengan tujuan meningkatkan sportifitas harus di tunda sama tayangan sinetron yang menayangkan sekelompok anak labil yang kebut- kebutan di jalan raya lalu galau gara – gara satu cewek. Dan anehnya, kenapa sinetron  yang kayak gini dapat awards? Hanya Tuhanlah yang tau. Yang lebih parahnya lagi, stasiun tv yang menjadi official olimpiade rio 2016 dimana atlet –atlet Indonesia mendapatkan medali, justru lebih menayangkan drama india dan sinetron. Paling hanya final bulutangkis ganda campuran yang di tayangkan. 

  Kemudian tayangan untuk anak – anak. Sedikit sekali kita lihat di televisi acara dan film buat anak - anak. Dan dari dulu acara anak – anak dari luar Indonesia selalu jadi idola. Mulai dari kartun jepang, serial superhero, sampai kisah dua anak kembar dari Negara tetangga. Dari Indonesia? Ada tapi tidak sepopuler mereka. Film anak – anak dari Indonesia kalah saing dari film luar. Padahal banyak animator Indonesia yang bekerja untuk film luar. Tidak usah jauh- jauh. Film anak kembar dari Malaysia itu animatornya adalah orang Indonesia.
Sekarang kita liat, banyak film drama dari luar masuk ke Indonesia. Mulai dari jaman drama Taiwan, Korea, India, sampai drama Turki. Drama Indonesia? Ya sama nasibnya seperti film anak kurang diminati. Dan secara tidak langsung televisi menghilangkan budaya Indonesia yang seharusnya ditunjukkan. Kita terpengaruh drama – drama yang kita tonton.
Haruskah kita berhenti menonton televisi? Tidak harus. Tetapi kita juga harus cerdas memilih apa yang harus kita tonton.  Karna begitu banyaknya tayangan televisi yang negatif dan tak seharusnya kita tonton terus menerus. Apalagi kita di jaman teknologi yang sangat canggih. Televisi punya saingan baru yaitu Youtube. Dimana di youtube kita bisa memilih apa saja yang ingin kita lihat sesuai kemauan kita dengan syarat harus punya kuota internet untuk mengaksesnya.

Apakah Youtube lebih banyak positifnya? Tidak. Justru Youtube lebih berbahaya kalau kita tidak memfilter apa yang ingin kita lihat. Di Youtube kita tinggal cari apa yang kita mau lihat. Di youtube malah masih banyak konten – konten dewasa yang belum terblokir sehingga bisa dilihat siapa saja. Tapi banyak juga konten – konten bagus seperti pembelajaran buat kita lihat. Youtube semacam tak terbatas.

Kenapa beberapa pelaku industri film bermigrasi ke Youtube. Karna di Youtube mereka bisa meng-upload karya mereka tanpa harus melewati sensor yang ribet. Melalui youtube mereka tidak harus mengeluarkan biaya yang banyak.  Cukup materi video, gadget/pc, jaringan internet dan akun youtube. Mereka punya channel sendiri. Dan mereka bisa mendapatkan uang dari channel youtube mereka jika konten youtube mereka banyak dilihat dan menarik.

Jadi, sekarang kalian tinggal pilih ingin memilih televisi atau Youtube. Keduanya Audiovisual. Keduanya punya sisi positif dan negatif. Cerdaslah memilih sebuah tayangan. Karna sekarang kita hidup di jaman dimana bukan kita yang mengikut arus. Tapi kita yang memilih kita akan ikut arus atau dengan pendirian kita. Terlalu banyak tayangan negative yang di tayangkan di mana – mana. Jangan salahkan kalau nantinya generasi penerus malas berprestasi. Ayo cerdas menonton.

Komentar